::: bogells :::

OPINI PUBLIK

TEMA: 
Kecelakaan Transportasi Udara Terjadi lagi

Komentar terbaik akan dimuat di kolom Suara Anda di Harian Media Indonesia terbitan Senin dan mendapat hadiah menarik.
ATURAN MAIN :
Harap mengisi data diri secara lengkap sebagai syarat untuk pengiriman hadiah.
Panjang komentar minimal 1.500 karakter atau setara satu halaman folio.
Mediaindonesia.com berhak untuk memuat, tidak memuat, mengedit, dan/atau menghapus data/informasi yang disampaikan oleh user.
Data dan/atau informasi yang tersedia di Mediaindonesia.com hanya sebagai rujukan/referensi belaka, dan tidak diharapkan untuk tujuan komersil, transaksi keuangan/bisnis maupun transaksi lainnya. Walau berbagai upaya telah dilakukan untuk menampilkan data dan/atau informasi seakurat mungkin, Mediaindonesia.com dan semua mitra yang menyediakan data dan informasi, tidak bertanggung jawab atas segala kesalahan dan keterlambatan memperbarui data atau informasi, atau segala kerugian yang timbul karena tindakan yang berkaitan dengan penggunaan data/informasi yang disajikan Mediaindonesia.com.


Hindarkan Berspekulasi, Tingkatkan Evaluasi!

Untuk kesekian kalinya, kecelakaan terjadi lagi di negeri kita. Pesawat udara yang merupakan sarana transpotasi yang notabene highclass dan bagi kalangan masyarakat yang mengutamakan kenyamanan dan efisiensi waktu, kini berubah menjadi ancaman yang menakutkan. Lihatlah jenazah-jenazah di sekitar jurang yang ditemukan secara mengenaskan oleh tim Save and Rescue (SAR). Tidakkah ini merupakan pukulan telak bagi dunia penerbangan yang merupakan sarana penghubung transportasi internasional.

Bagaimana tidak? Sukhoi Super Jet 100 (SSJ100) buatan negara pecahan Uni Sovyet, Rusia tersebut pada Hari Rabu, 9 Mei 2012 menabrak lereng Gunung Salak, Bogor. Kecanggihan dan inovasi yang terus diterapkan pada pesawat yang awal kemunculannya pada tahun 2008 tersebut tidak bisa mengelak pada tragedi naas ini. Apa yang sebenarnya terjadi saat detik-detik kecelakaan tersebut? Banyak pihak berasumsi pada berbagai sektor, baik itu human error, faktor cuaca, dan faktor-faktor lain.

Benarkah seorang Alexander Yablontsev, Pilot SSJ100 yang telah berkiprah di dunia penerbangan selama puluhan tahun serta telah menerbangkan sekitar 221 pesawat itu keliru dalam mengambil keputusan? Apakah pesawat yang tadinya mengudara pada ketinggian 10.000 kaki dari permukaan laut diturunkan menjadi 6.000 kaki dari permukaan laut? Sedangkan ketinggian Gunung Salak berada pada 7.000 kaki.

Selain itu, menurut tayangan berita di salah satu stasiun televisi nasional, yang menjelaskan bahwa komunikasi antara Pilot dan Air Traffic Controller (ATC) terganggu akibat frekuensi radio saat akan terjadi kecelakaan itu. Ataukah faktor cuaca yang mengaburkan penglihatan di sekitas pesawat? Seluruh warga negara hendaklah jangan terlalu banyak berspekulasi apa yang telah terjadi dan penyebab kecelakaan SSJ100 tersebut.

Seharusnya, tunggulah sampai pihak yang berwenang dalam pengidentifikasian kecelakaan pesawat naas ini selesai dan dapat mengumumkan apa yang menjadi titik fatal kecelakaan ini dapat terjadi. Merupakan sebuah pekerjaah bagi pemerintah, khususnya perusahaan penerbangan untuk lebih memprioritaskan keamanan para pengguna pesawat terbang. Benahi segala sudut pesawat, mesin, memaksimalkan sistem komunikasi ATC serta perbaiki sinyal-sinyal yang dapat mengakibatkan missed communication antara ATC dan Pilot.

Jika tidak segera ditindaklanjuti, bagaimanakah pandangan masyarakat mengenai transportasi udara di negeri kita? Setelah sekian banyak tragedi tragis pesawat yang menabrak bumi. Tidakkah mereka berpikir ulang untuk menggunakan salah satu transportasi elit ini? Karena pada dasarnya, pesawat merupakan angkutan yang membawa banyak nyawa, merupakan tanggung jawab bersama demi menyelamatkan banyak passengers agar pesawat merupakan pilihan transportasi yang aman, nyaman dan praktis. Semoga setelah peristiwa SSJ100 tersebut, akan menjadi teguran bagi pihak yang terkait dalam memperbaiki dan mengevaluasi sistem terbaik yang dapat diandalkan. Sebab, teknologi super canggih pun bukan menjadi jaminan aman tidaknya sebuah penerbangan.
Oleh :Desy Purwati

Komunikasi Dalam Kecelakaan Penerbangan

Kecelakaan pesawat terbang Sukhoi Super Jet 100 yang terjadi di Gunung Salak Bogor menyentakkan kembali pentingnya keselamatan penerbangan. Keselamatan penerbangan adalah hal-hal yang berhubungan dengan keamanan dan keselamatan penerbangan dan pencegahan terjadinya kecelakaan penerbangan melalui pembuatan peraturan dan pelatihan.

Penerbangan merupakan media yang menjembatani jarak geografi antara tempat asal dengan tujuan melalui udara. Fungsi ini harus diikuti dengan terjaminnya orang maupun barang yang diangkut sampai ditempat tujuan dengan selamat. Tanpa itu fungsi angkutan udara tidak akan berarti.

Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan (ATC) dan Penerbang (Pilot) dalam melaksanakan tugasnya harus senantiasa berpedoman kepada Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (ACSR). Untuk tinggal landas (take off) dan pendaratan (landing) mengacu pada ketentuan jarak pandang minimal yang berlaku di bandar udara dan/atau sesuai dengan OCH/OCA pada prosedur pendaratan instrumen (IFP) bandar udara setempat.

Pada saat kecelakaan menimpa, keluarga korban berada dalam keadaan bingung, cemas dan putus asa. Dalam kondisi ini mereka butuh segala bentuk pertolongan dan uluran tangan. Mereka perlu informasi agar bisa mengambil tindakan dalam suasana yang bingung itu. Rasa aman dan dorongan motivasi sangat dinantikan oleh keluarga yang cemas tentang nasib keluarganya yang tertimpa musibah.

Pihak yang menjadi tumpuan harapan dan perlindungan adalah pemerintah. Pengelola negara ini dituntut mampu memberi rasa aman dan kepastian. Termasuk dalam memberikan informasi maupun petunjuk tindakan. Kesigapan dan ketegasan pemerintah menjadi tuntutan.

Melekatnya sejumlah harapan kepada pemerintah baik kondisi biasa maupun saat terjadi musibah itu membuat kehati-hatian patut menjadi pegangan para pejabat negara. Jangan sampai melakukan tindakan yang tidak bisa dipertanggunjawabkan.

Pemerintah perlu berkomunikasi dengan baik. Komunikasi dilakukan baik dengan pengelola transportasi, masyarakat pengguna dan juga keluarga korban kecelakaan. Robbins (1996) mengatakan bahwa penyelenggara pemerintahan harusnya menguasai karakteristik dalam komunikasi pemerintahan. Salah satu yang erat dengan kondisi ini adalah kepiawaian dalam menangani kondisi seburuk apapun termasuk berita jelek dan tidak menguntungkan.

Kepiawaian seperti ini bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi lebih baik. Akhirnya kemungkinan terjadinya kecelakaan bisa dicegah atau bila kecelakaan menimpa bisa meringankan beban para korban dan keluarganya.

Komunikasi yang efektif menjadi kebutuhan untuk mewujudkan hal di atas. Komunikasi efektif membutuhkan pendekatan faktual dan aktual. Maksudnya komunikasi pemerintahan tidak bisa meninggalkan realita. Informasi juga tidak boleh basi atau ketinggalan jaman. Perlu penguasaan dan pemahaman komunikasi komprehensif. Artinya pemahaman yang dilandasi kejujuran komunikasi dan komunikasi atas dasar hati nurani.

Komunikasi pemerintahan perlu memiliki karakter yang completeness atau lengkap baik data maupun medianya. Sifat lain claryteness yakni memiliki tingkat kejelasan yang tinggi serta sifat correctness atau memiliki nilai kebenaran yang bisa dipertanggungjawabkan. Hal ini akan menjaga agar pemerintahan bisa melakukan komunikasi dengan masyarakat dengan baik.

Negara ini didirikan adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darahnya. Pemerintah sebagai pemegang amanat rakyat harus siap menjadi pelindung bagi rakyatnya. Muaranya rakyat akan merasa tenteram hidup dinegerinya sebagai sebuah negara bangsa.
oleh: Suyatno, SIP., M.Si


0 Comment:

Post a Comment

Yu berbagi amal untuk teman kita

Visitor Say

Instagram

Instagram

Followers

Twitter


Jualan Online

Other Friends List